Apofasis atau disebut preterisio merupakan sebuah gaya di mana penulis atau pengarang menegaskan sesuatu, tetapi
tampaknya menyangkal (Keraf, 2010: 130). Apofasis atau preterisio adalah gaya
bahasa yang digunakan oleh penulis, pengarang, atau pembicara untuk menegaskan
sesuatu tetapi tampaknya menyangkalnya (Tarigan, 2009: 86). Berdasarkan
beberapa pendapat ahli di atas, maka dapat disimpulkan bahwa apofasis atau
preterisio adalah sejenis gaya bahasa yang menggunakan kata-kata untuk
menyangkal fakta yang sebenarnya.
Contoh:
- Jangan khawatir, aku tidak akan berbicara kepada siapapun bahwa kamu telah mencuri uang di masjid.
- Citra memang gadis yang cantik, namun penampilannya tidak sebersih hati yang dimilikinya.
- Sungguh sedih rasanya aku mengatakan ini, tapi demi kebahagian masing-masing, aku ingin kita berteman saja.
- Memang kesungguhan cintamu tak diragukan lagi, namun tidak dengan menghalalkan segala cara untuk mendapatkan uang. Aku putuskan untuk membatalkan pernikahan ini.
Pada contoh 1) gaya
bahasa apofasis atau preterisio ditandai dengan kalimat yang seolah-olah
menyangkal fakta yang sebenarnya. Penutur sebenarnya ingin menegaskan bahwa ia
akan mengatakan kepada masyarakat perbuatan mencuri mitra tuturnya tersebut.
Pada contoh 2) gaya bahasa apofasis ditandai
dengan kalimat yang seolah-olah menyangkal fakta yakni pertama-tama membicarakan
Citra gadis yang cantik, namun kemudian menegaskan bahwa memiliki hati yang
busuk. Pada contoh 3) gaya bahasa apofasis atau preterisio ditandai dengan
kalimat yang seolah-olah menyangkal fakta yakni seorang kekasih yang ingin
memutuskan pasangannya, namun pertama-tama merasa tidak enak hati. Begitu pula
pada contoh 4) gaya bahasa apofasis atau preterisio ditandai dengan kalimat
yang seolah-olah menyangkal. Penutur berusaha untuk berbicara baik-baik
selanjutnya memutuskan kesepakatan bersama yakni pernikahan yang akan
dilaksanakan.