Tuesday 18 July 2017

GAYA BAHASA

GAYA BAHASA


POSTINGAN kali ini akan membahas mengenai gaya bahasa, tentunya gaya bahasa dalam konteks sastra. Berikut sedikit ulasan mengenai sastra.

Perlu kita ketahui terlebih dahulu bahwa karya sastra adalah gambaran kehidupan manusia yang menggunakan bahasa sebagai medianya. Karya sastra diciptakan oleh pengarang untuk dipahami dan dimanfaatkan oleh pembacanya. Karya sastra merupakan suatu bentuk komunikasi yang disampaikan dengan cara yang khas dengan memberikan kebebasan kepada pengarang untuk menuangkan kreativitas imajinasinya. Hal ini menyebabkan karya sastra menjadi kompleks, sehingga memiliki berbagai kemungkinan penafsiran dalam memahami karya sastra tersebut. Berawal dari inilah kemudian muncul berbagai teori untuk mengkaji karya sastra, termasuk karya sastra novel.

Sebutan novel yang kemudian masuk ke Indonesia berasal dari bahasa Italy novella (yang dalam bahasa Jerman : novelle). Dewasa ini istilah novella dan novelle  mengandung pengertian yang sama dengan istilah Indonesia yang berarti sebuah karya prosa fiksi yang panjangnya cukupan, tidak terlalu panjang, namun juga tidak terlalu pendek (Nurgiantoro dalam Purba, 2010: 10). Novel diciptakan oleh sastrawan dengan maksud untuk mengajak pembaca memahami isi cerita lewat gambaran-gambaran realita kehidupan yang terkandung dalam novel tersebut. 

Sebuah novel tentu terdapat unsur-unsur gaya bahasa seperti gaya bahasa perbandingan, gaya bahasa pertentangan, gaya bahasa pertautan, dan gaya bahasa perulangan. Gaya bahasa tersebut dapat menjadi pembeda atau ciri khas pada setiap karya seseorang. Gaya bahasa adalah bahasa indah yang digunakan untuk meningkatkan meningkatkan efek dengan jalan memperkenalkan serta membandingkan suatu benda atau hal tertentu dengan benda atau hal lain yang lebih umum. Secara singkat penggunaan gaya bahasa tertentu dapat mengubah serta menimbulkan konotasi tertentu (Dale dalam Tarigan, 2009: 4).

Menurut Tarigan (2009) gaya bahasa digolongkan menjadi empat yaitu gaya bahasa perbandingan, gaya bahasa pertentangan, gaya bahasa pertautan, dan gaya bahasa perulangan. Selaras dengan hal ini, Keraf dalam bukunya Diksi & Gaya Bahasa menggolongkan gaya bahasa menjadi gaya bahasa retoris & gaya bahasa khiasan. 


EmoticonEmoticon