Wednesday 19 July 2017

SYAWA'IN

SYAWA'IN


Karya: Ken Niyu


Karep Capai adalah sebuah kampung yang berisikan orang-orang yang penuh ambisi. Tak bisa santai dan tanang walau hanya sekedipan mata, seakan meringkus lelap walau bulan sabit terbangun. Warga Kampung Karep Capai terkenal dengan ambisinya, setiap warga pasti mempunyai ambisinya sendiri dan memiliki sifat haus akan kesuksesan dan keberhasilan. Tidak dapat dipungkiri bahwa tidak semua akan mendapat akhir yang sukses, banyak warga kampung yang memiliki ambisi tinggi namun tidak berhasil menggapainya dan banyak juga dari mereka yang stress dan pada akhirnya gila.

Bagaikan dua mata magnet, di sinilah hidup seseorang yang berbeda dengan identitas Kampung Karep Capai. Sebut saja namanya Syawa’in, seorang pria berambut hitam pekat dengan pakaian panjang menutupi telapak tangannya, sikapnya yang pendiam tak banyak bicara itulah yang membuatnya seperti warga langka bagi orang-orang Kampung Karep Capai.

Syawa’in adalah satu-satunya warga Kampung Karep Capai yang tidak memiliki ambisi berlebihan, dia berpendapat bahwa “segala sesuatu yang berlebihan belum tentu baik”. Syawa’in sangat jarang sekali berbicara dan termasuk ke dalam type pria yang kalem, tetapi ia selalu menolong warga yang sedang kesusahan. Bukan hanya sifatnya yang sederhana, hidup dan tempat tinggalnya pun sederhana. Sebuah rumah gubuk di dekat hutan yang tertutup semak-semak serta dedaunan yang betebaran di sekitar gubuknya hingga tak tampak seperti tempat tinggal yang layak. Namun itulah ia, tetap bersukur akan keadaanya.

Suatu hari ketika Syawa’in telah pulang dari hutan, ada orang gila dengan raup wajah kosong dan pakaian compang-camping duduk di kursi kayu depan rumah gubuk miliknya. Syawa’in mendekat dan berbicara dengannya serta sedikit menyentuhnya, tiba-tiba seketika saja orang yang terlihat gila itu tampak sehat layaknya orang biasa, disaat itu pula ada seorang warga yang tidak sengaja melihat Syawa’in menyembuhkan orang gila itu dan sejak kejadian itu Syawa’in dikenal sebagai seseorang yang bisa menyembuhkan orang gila.

Di kemudian hari ada seorang ibu yang membawa anaknya yang masih muda ke kediaman Syawa’in, sang ibu berkelut mengatakan bahwa anaknya gila karena usahanya bangkrut. Syawa’in pun mencoba menyembuhkan anak itu namun tidak berhasil, kemudian Syawa’in berbicara kepada ibu dari anak tersebut, “ibu maaf saya tidak bisa menyembuhkan anak ibu” ucap Syawa’in, sang ibu pun bicara “mengapa? Banyak orang gila yang bisa kau sembuhkan tapi kenapa anakku tidak?” Syawa’in pun menjawab dengan jawaban yang cukup panjang “saya melihat kegelapan dalam diri anak ibu, itu adalah pertanda bahwa saya tidak diizinkan oleh Sang Pencipta untuk menyembuhkanya. Sebab jikapun anak ibu sembuh, ia akan membuat kerusakan nantinya. Ini adalah kehendakNya, takdir manusia Dialah(sang khaliq) yang mengatur, kita hanya bisa berusaha dan berdoa”.

Warga Kampung Karep Capai kini mulai memandang Syawa’in sebagai orang penting dan tidak lagi dikucilkan karena keanehanya. Suatu ketika Syawa’in diperintahkan untuk memberikan ceramahnya di masjid, Syawa’in yang merasa tidak pantas untuk menasehati orang lain kemudian hanya berkata satu kalimat “kita boleh berusaha, kita boleh berambisi, tetapi tanpa ibadah dan doa, ambisi akan menjadi amunisi yang mengenai dirimu sendiri”.


EmoticonEmoticon