Sunday, 6 August 2017

Repetisi (Gaya Bahasa Retoris)

Repetisi

Tarigan  (2009:  175)  menyatakan  bahwa  perulangan  atau  repetisi  adalah  gaya  bahasa  yang  mengandung  perluasan  bunyi,  suku  kata,  kata,  atau  frase,  ataupun  bagian  kalimat  yang  dianggap  penting  untuk  memberi  tekanan  dalam  sebuah  konteks  yang  sesuai. Secara  sederhana,  Waridah (2014: 17)  mengemukakan  repetisi  merupakan  pengulangan  kata,  frase,  atau  bagian  kalimat  yang  dianggap  penting  untuk  diberikan  penekanan.




Pendapat  lain  mengemukakan  bahwa  repetisi  adalah  pengulangan  kata  atau  kelompok  kata  dalam  satu  kalimat/lebih,  baik  pada  posisi  awal,  tengah,  maupun  akhir  (Suyanto,  2012:  53).  Dari  beberapa  pendapat  tersebut  dapat  disimpulkan  bahwa  repetisi  adalah  suatu  gaya  bahasa  dengan  pengulangan  kata  atau  kelompok  kata  yang  mengandung  perluasan  bunyi,  suku  kata,  kata,  frase,  ataupun  bagian  kalimat  yang  dianggap  penting  yang  berada  pada  posisi  awal (anafora),  tengah (mesodilopsis),  akhir (epistrofa), awal dan akhir (simploke), serta perulangan runtut (epizeukis).  Seperti  yang  telah  dipaparkan  oleh  definisi  di  atas,  berikut  merupakan  contoh  repetisi.
Contoh:


1. Lupakah engkau bahwa merekalah yang membesarkan dan mengasuhmu?
Lupakah engaku bahwa keluarga itu yang menyekolahkanmu sampai ke perguruan tinggi?

2. Para pendidik harus meningkatkan kecerdasan bangsa
Para dokter harus meningkatkan kesehatan masyarakat
Para petani harus meningkatkan hasil sawah-ladang

3. Kehidupan dalam keluarga adalah sandiwara
Cintamu padaku pada prinsipnya adalah sandiwara
Pendeknya hidup kita ini adalah sandiwara

4. Ingat, kamu harus bertaubat, bertaubat, sekali lagi bertaubat agar dosa-dosamu terampuni.





Pada contoh 1) mengandung gaya bahasa repetisi dikarenakan adanya perulangan kata-kata di awal (anafora) “Lupakah engkau”. Pada contoh 2) mengandung gaya bahasa repetisi dikarenakan adanya perulangan kata-kata di tengah (mesodilopsis) “harus meningkatkan”. Pada contoh 3) mengandung gaya bahasa repetisi dikarenakan adanya perulangan kata-kata di akhir (epistrofa) “sandiwara”. Begitu pula pada contoh 4) mengandung gaya bahasa repetisi dikarenakan adanya perulangan kata-kata secara langsung dan runtut (epizeukis) “bertaubat”.


EmoticonEmoticon